Search This Blog

Thursday, June 24, 2010

Bertahan atau Menyerah

suatu Weekend di bulan juni 2010 ini kulalui bersama sahabat-sahabat di sebuah villa di kawasan anyer,, setelah sekian lama tidak berlibur akhirnya kudapatkan juga kesempatan untuk berlibur meski dalam kondisi berbadan dua

Si kecil magnifico semakin aktif, dan untuk pertama kalinya ia kuajak berenang, kehamilan ini memang membuat stamina sedikit berkurang, nafas yang terasa pendek saat berenang, ataupun berbicara terlalu banyak J (mungkin artinya ga boleh bawel yaa hihihi). Untungnya kemampuan untuk bisa tidur nyenyak dimanapun tidak berkurang, asalkan ber AC ga masalah J

Malam pertama terpaksa kami lewati dengan tidur sekamar berenam (tiga pasang) plus seorang anak kecil, karena kondisi sikring yang ga kuat jadi tidak semua kamar ac nya bisa nyala, namun kondisi ini justru menhadirkan suasana yang lebih akrab dan mengalirkan banyak cerita.

Setelah sekian lama ga bertemu dengan mereka, banyak cerita mengalir, baik mengenai kisah pribadi maupun kisah teman-teman sekitar kami, sampai terlontar kalimat “sampai di titik ini cuma keputusan untuk bertahan yang memampukan kita semua untuk tetap menerima dan menjalaninya”

Bertahan, betapa keputusan ini semakin langka diantara sekian banyak anak muda generasi instan yang ada di sekitar kita. Segala kemudahan yang tercipta dari kecanggihan teknologi ternyata tak selalu berdampak baik, menyerah tampaknya menjadi pilihan yang semakin digemari saat suatu kondisi terlihat atau terasa makin sulit. Pergeseran nilai-nilai yang terjadi di sekitar kita membuat semangat juang meluntur. Mental tempe kata orang, saat dihadapkan dalam kondisi sulit, tipikal anak jaman sekarang cenderung menyerah saja dibanding berjuan untuk memenangkan pertandingan hidup.

Contohnya saat timbul masalah dalam pekerjaan, kita cenderung untuk menyalahkan orang lain, sampai akhirnya mengundurkan diri karena lelah dibanding berjuang untuk menyelesaikan masalah tersebut yang mungkin dapat membawa kita mendapatkan tiket untuk tanggung jawab yang lebih besar. Saat timbul tantangan dalam kehidupan pribadi, berapa banyak orang yang memilih unuk menyakiti diri sendiri atau bahkan mempertaruhkan nyawanya karena tidak tahan untuk mengahadapi tantangan tersebut. Kasian.

Usia memang tidak bisa dijadikan standar dalam menentukan kedewasaan seseorang. Semuanya keputusan, keputusan untuk menjadi dewasa, berjuang dan bertanggung jawab atas pilihan hidup yang telah diambil. Dan kedewasaan biasanya terlahir dari berbagai pengalaman hidup yang menjadikan seorang pribadi menjadi semakin kuat. Tidak akan jatuh ke lubang yang sama berulang kali, belajar dari kesalahan, dan memerlukan effort yang lebih untuk mencapai sebuah keberhasilan apapun definisinya mengenai keberhasilan tersebut. Seorang remaja bisa memiliki pikiran yang dewasa, dan seorang yang terlihat dewasa bisa memiliki pikiran kekanakan, semua tergantung keputusan mereka masing-masing.

Tapi sekali lagi keputusan untuk bertahan ataupun menyerah dalam hidup, menunjukan apakah kita sudah layak disebut dewasa.. harusnya seiring dengan berjalannya usia dan konsekuensi yang kita terima akibat dari keputusan-keputusan kita di masa langka, ada banyak hal yang harus dipikirkan sebelum mengambil keputusan bagi masa depan kita, misalnya kita tidak lagi hanya memikirkan diri sendiri tapi juga orang-orang terdekat yang tentunya jadi satu paket dengan hidup kita. Contoh: pasangan, anak atau orang tua sekalipun.

Jadi mari berpikir panjang sebelum memutuskan apakah akan bertahan dan berjuang terus sampai memenangkan pertandingan hidup ataukah menyerah kalah..

No comments: